Kamis, 11 September 2014

Macam-macam Genre Musik Bag8 (Musik HipHop//Rap)

Rap adalah salah satu unsur musik hip-hop. Rap merupakan teknik vokal yang berkata-kata dengan cepat, sementara pelakunya disebut rapper. Biasanya, rap diiringi oleh DJ maupun sebuah band.
Biasanya, rapper seperti penyanyi biasa, yaitu bernyanyi solo. Contohnya adalah Xzibit dan Jay-Z. Ada pula rapper yang menjadi anggota band, misalnya Mike Shinoda dari Linkin Park. Umumnya, rapper berkulit hitam karena banyak rapper berasal dari daerah pinggiran. Di antara sedikit rapper yang berkulit putih adalah Eminem dan Sean Paul. Rapper sering disebut pula dengan MC (Master of Ceremony).

Budaya hip-hop.
Musik rap adalah bagian dari gaya hidup hip-hop. Hip-hop adalah sub-kultur yang mulai muncul di lingkungan anak-anak kulit hitam dan hispanic yang tinggal di daerah Bronx di kota New York, Amerika Serikat. Budaya hip-hop sering ditandai dengan pilihan pakaian, graffiti pada tembok, dan gerakan dance mereka. Musik hip-hop punya ciri yang khas berupa beat yang kuat dan dibumbui dengan lirik-lirik yang mengalir dengan enak karena kata-katanya rhyming—kayak puisi. Satu hal yang menarik, pada jaman itu, istilah “rapper” sendiri belum ada. Yang ada MC dan DJ. [Sedikit beda dengan MC yang disewa kakakmu waktu dia bikin resepsi kawinan tahun lalu], MC ini tugasnya ngomong diantara lagu-lagu yang diputar DJ buat ngenalin judul lagu-lagu itu atau bikin komentar-komentar lain yang bikin suasana tambah enak. Agar yang dengerin gak keganggu dengan ocehan MC, si MC akan bikin ocehannya mengalir dan menyatu dengan musiknya. Ini jadi salah satu cikal bakal rapping yang kita kenal hari ini.

Pengaruh Jamaica.
Pengaruh cukup besar terhadap musik rap zaman sekarang juga berasal dari akulturasi [mudah-mudahan kata ini artinya pencampuran atau perkawinan] budaya Amerika dan Jamaica. Jadi, ceritanya, orang Jamaica seneng banget dengan music R&B yang dikenalkan tentara Amerika di Jamaica dan diputar radio-radio di sana. Sering dibuat semacam tempat dansa dadakan [Mendadak R&B?] dengan cara memasang sound-system yang cukup gede buat didengar orang-orang di sekitaranya. Karena orang Jamaica pada waktu itu gak bisa bikin musik R&B sebagus orang Amerika, biasanya musik R&B yang dimainkan adalah rekaman dari musisi Amerika. Dan agar ada unsur Jamaica-nya, selalu ada MC lokal (orang Jamaica) yang nge-“toast” selama musik berjalan. Toasting itu pokoknya adalah aktivitas ngoceh sambil musik jalan terus. Kadang yang di-oceh-kan itu frasa-frasa atau kata-kata sederhana yang bisa bikin tambah semangat orang-orang yang sedang joget, misal “move it, move it” atau “work it, work it” [dan ini tentu dengan logat Jamaica yang berat dan seksi itu].

MC dan DJ mulai kreatif.
Dengan beberapa pengaruh ini, ditambah “penemuan-penemuan baru” yang muncul dalam teknik musik hip hop, jenis musik ini semakin disukai oleh makin banyak orang. Kreativitas terus berkembang. DJ mulai macem-macem ide, tingkah, dan tekniknya. Dengan turntable ganda, DJ mulai menggunakan teknik-teknik breaking dimana bagian-bagian lagu tertentu akan ditelanjangi sehingga hanya beat dasar yang kedengar atau scratching dimana piringan hitam akan diputar maju dan mundur secara cepat sehingga keluar bunyi yang khas, dan teknik-teknik lain. Meningkatnya kemampuan DJ juga diiringi dengan perkembangan yang pesat dari partner-nya, yaitu sang MC. MC semakin kreatif dalam membuat cerita dan lirik-liriknya menjadi sebuah tontonan tersendiri selain musik yang mengiringinya. Fokus mulai sedikit banyak beralih pada MC itu sendiri. Remaja kulit hitam, hispanic, maupun minoritas lainnya di Amerika mulai giat melatih kemampuan ngoceh dengan cerita yang menarik dan dalam melodi yang enak didengar. Ocehan anak satu akan nyambung dengan anak lainnya dan dan bahkan bisa saling menjawab. Dari sini nanti berkembang pula yang disebut battle, yaitu adu lirik—saling jawab, saling serang. [Imagine berbalas pantun without the pakaian daerah!] Eniwei, setelah semakin banyak orang bikin musik jenis ini, akhirnya sejarah mencatat rekaman musik rap pertama yang meledak secara komersial dan mendapat perhatian serta pengakuan publik secara luas. Kelompok yang membawakannya bernama Sugar Hill Gang dan lagunya berjudul Rapper’s Delight. Bahkan kata “rapper” itupun dipopulerkan oleh lagu ini. Orang mulai menyebut istilah rapper untuk menggantikan kata MC.

How would you like your rap, sir?—Munculnya berbagai jenis rap.
Seperti dalam genre musik lain, genre rap-pun mulai berkembang menjadi beberapa “jenis” musik rap. Memang sepertinya nggak ada textbook yang dengan jelas membagi jenis-jenis musik rap, tapi dari pengamatan sehari-hari kita bisa lihat paling tidak ada beberapa jenis. Yang mungkin paling sering kita dengar beritanya adalah gangsta rap (rap-nya gangster gitu maksudnya). Kalau mau, baca juga boks yang cerita tentang gangsta rap ini—West Coast vs. East Coast]. Selain karena jenis rap ini emang populer, kita kadang lebih sering denger jenis rap ini karena para rappernya juga sering bikin ulah sehingga berita tentang gangsta rap ini menjadi semakin banyak muncul. Kamu mungkin kenal Tupac Shakur, Notorious B.I.G., Snoop Dogg, dan lain sebagainya—mereka masuk kategori gangster ini. Dulu P-Diddy dan Jay-Z kayaknya juga bisa dikatakan jelas masuk ke kategori ini, tapi sekarang gak jelas juga. Lebih banyak ke arah pop-rap kayaknya. Tema-tema mereka sudah bukan tentang hidup gangster di jalanan melulu. Banyak rapper yang topik liriknya berubah dengan perubahan-perubahan yang dia alami dalam kehidupan sehari-hari. Manusiawi. Terus ada juga rap yang warna Jamaica-nya sedikit lebih kental, dulu Wyclef Jean suka main jenis ini, tapi mungkin sekarang bisa juga udah berubah. Terus ada party-rap, dulu Will Smith (waktu itu masih tergabung dalam duo bernama DJ Jazzy Jazz and the Fresh Prince) suka membawakan lagu yang tema-temanya pesta dan acara-acara lain yang suasananya enak. Satu hal yang patut dicatat tentang Will Smith adalah bahwa dia punya komitmen yang besar untuk tidak pakai kata-kata kasar — atau orang bule biasa nyebut-nya sebagai four-letter-words — dan temanya-pun selalu positif. Ada juga rapper yang akhir-akhir ini yang semakin ngetop yang namanya Kanye West. Dia sih masih pakai kata-kata kasar di sana sini (tapi nggak diobral banget juga) tapi tema lagu-lagunya beda dengan rekan-rekannya. Kanye kadang romantis, kadang humoris, kadang satiristis. Dalam albumnya Late Registration, justru banyak lirik dan skit yang cerita seolah-olah dia miskin banget. Ini 180% kebalikan dengan rapper-rapper lain yang biasanya akan cerita tentang perhiasannya, duitnya, cewek-ceweknya, dan mobil-mobilnya (baik low-rider yang bisa naik-turun pake suspensi hidrolik maupun mobil-mobilnya yang pake dubs—itu lho pelek bling-bling yang ukurannya 20 inch ke atas.) Ini contoh aktualisasi sense of humor-nya si Kanye. Terus ada juga sound yang disebut G-funk yang dikenal oleh rapper-rapper west coast (yaitu di California, AS). G-funk ini banyak dipopulerkan oleh rapper bernama Warren G. Terus tentu saja kita tahu bahwa mulai ada rapper-rapper kulit putih yang mencoba nasibnya dalam dunia yang dikuasai oleh orang berkulit hitam ini. Tersebutlah beberapa nama seperti Vanilla Ice, Eminem, Linkin Park, Crazy Town, Limp Bizkit dan lain lain yang menyajikan rap versi mereka masing-masing. Seperti kita tahu, tingkat kesuksesan mereka-pun berbeda-beda. Namun secara umum dapat dikatakan bahwa rap oleh orang kulit putih tidak [atau belum?] sebesar rap oleh, misalnya keturunan hispanic di Amerika. Jika kita ingat, cerita mengenai lahirnya cikal bakal musik rap di atas, kita akan ingat bahwa Bronx selain dipadati oleh orang kulit hitam juga dihuni oleh banyak orang keturunan hispanic. Jadi maklumlah bahwa penggemar musik rap pada umumnya adalah orang kulit hitam dan keturunan hispanic. Namun itupun lambat laun berubah. Fenomena yang ada sekarang sering disebut cross-over, yaitu menyebrangnya orang kulit putih dan etnik lain-lain menjadi penggemar musik rap. Rap has gone mainstream.

Rap Inc. Advertising Firm?
Satu hal yang khas tentang musik rap adalah bahwa walaupun kita sedang mendengarkan gangsta rap, bisa saja—kalau kita simak liriknya—kita dibuat senyum di sana-sini. Ini karena dalam lirik yang temanya keras-pun, dapat kita dengar sesuatu yang lucu—atau paling tidak—sedikit menggelitik. Rapper memang sering suka menyebut atau membandingkan sesuatu dengan produk yang kita kenal sehari-hari (misal jenis kartu kredit, makanan & minuman, merek baju, dan lain-lain) dengan sentuhan humor. Kadang rapper juga suka nyebut selebritis atau rapper lain [dan tidak selalu dalam konteks yang menyenangkan mereka]. Eniwei, mengingat bahwa Amerika adalah tempat lahir dan berkembangnya musik rap dan juga salah satu negara dimana industri marketing dan advertising-nya sangat maju, banyak orang menuduh bahwa beberapa perusahaan besar melakukan ”product placement” dalam lagu-lagu rap. Tuduhan itu wajar, toh dalam dunia filem product placement menjadi sangat, sangat umum. [Kalau kita nonton filem keluaran Hollywood, dan lihat jagoannya naik mobil, misal, BMW sambil bicara dengan, misalnya handphone Sony Ericsson, kemungkinan besar itu adalah product placement oleh BMW, Sony Ericsson dan Swatch—waktu ngangkat HP sempat keliatan dia pake jam Swatch Skin]. Seperti dalam dunia filem, perusahaan yang melakukan product placement dalam industri musik rap akan membayar rapper untuk menyebut merek produknya dalam lagu rap mereka. Terlepas dari benar nggaknya tuduhan itu, sulit juga untuk membedakan apakah waktu si Puffy cerita bahwa dia punya Mercedes yang belum pernah dia pake dalam salah satu lagunya adalah kemauan si Puffy sendiri ataukah Benz kasih dia duit? Memang sulit, kadang rapper memang menyebut merek-merek yang sangat sehari-hari (misal, MTV, KFC, kartu kredit Visa) dan kadang menyebut merek-merek kelas atas (misal Mercedes Benz, Rolex, Armani) secara suka rela—tergantung dari cerita lagu itu. Tapi terlepas dari dibayar atau nggak, kalo penyebutan itu bikin liriknya lebih deskriptif, lebih nge-flow, atau nge-rhyme, rasanya kita gak usah terlalu ambil pusing. Ohiya, sebelum selesai bicara tentang product placement, percaya nggak kalau kata ”Indonesia” juga disebut oleh beberapa rapper Amerika dalam lirik lagunya? Yang saya tahu adalah Notorious B.I.G. dan Will Smith. Siapa tahu Departemen Pariwisata Republik Indonesia menjalin kerjasama dengan kedua rapper itu [yeah, right!—just imagine the proposal letter: Yth. Bapak Notorious B.I.G., dengan ini kami sampaikan proposal...] Eniwei, kembali bicara mengenai warna dan tema, masih banyak warna-warna lain yang unik yang dibawakan oleh rapper-rapper lain dan semuanya terus berkembang. Kelak mungkin kita akan liat warna-warna atau tema-tema yang baru. Seperti jenis musik lainnya, rap adalah ekspresi jiwa dari manusia-manusia pencipta ataupun pendengarnya. Keadaan sosial sehari-hari akan sedikit banyak menentukan tema-tema yang ada.

Rap dan alam & budaya Indonesia.
Kalau musik rap di Indonesia gimana? Seperti di berbagai negara lain, musik rap juga berkembang di Indonesia—walau mungkin tidak dengan amat pesat. Masih ingat jaman Iwa K masih sering kita dengar di radio-radio? Banyak bermunculan kelompok-kelompok rap Indonesia yang lirik-liriknya sedikit banyak cerita kehidupan sehari-hari dan cukup menghibur. Unsur humor cukup kental juga digunakan dalam lirik-lirik buatan Indonesia dan memang sepertinya humor itu menjual. Siapa sih yang bakalan nolak dikasih lirik bahasa Indonesia yang lucu dan gampang diingat dan dilatari dengan melodi dan beat yang enak? Banyak? Tapi ternyata tidak banyak banget juga. Lihatlah sekeliling kita? Apa kita banyak lihat kelompok-kelompok rap lokal apalagi yang tingkat popularitasnya sebanding dengan kelompok-kelompok lokal pengusung musik pop dan rock? Di sisi pop dan rock ada Shiela on 7, Nidji, Peterpan, dan seabreg lagi. [Contohnya gak usah banyak-banyak, toh ini juga bukan product placement]. Tapi disisi musik rap lokal? Bagai bumi dan langit. Kenapa ini bisa terjadi? Mungkin jawaban yang sederhana dan agak ngawur [tapi mungkin juga tidak terlalu ngawur] adalah: karena alam dan budaya Indonesia menghendakinya demikian. Mungkin alam dan budaya Indonesia memang tidak cocok untuk musik rap Indonesia? Bisa jadi.

Proses ”seleksi dan uji coba”.
Indonesia dan orang Indonesia itu sangat beragam. Background budaya-nya pun beragam. Akibatnya, kita ini mempunyai budaya yang gampang menyerap seni, budaya, adat istiadat lain. Dan itu bagus karena budaya kita akan menjadi semakin kaya dan terus berkembang. Sebagai gambaran, kalau ada jenis musik baru, misalnya rock, yang muncul di luar sono, maka dengan musik itu akan sampai di Indonesia juga. Dan dengan tidak kita sadari akan terjadi suatu proses ”seleksi dan uji coba”. Jika dirasakan cocok, maka jenis musik itu akan tinggal di Indonesia dan melebur dengan gaya dan budaya yang sudah ada di Indonesia dan jadilah musik rock Indonesia. Seandainya musik rock itu—setelah melalui “proses seleksi dan uji coba”—ternyata dianggap oleh mayoritas orang Indonesia kurang cocok, maka musik rock itu pelan-pelan akan meninggalkan budaya kita dan berada di bawah radar dan indera budaya kita. Akhirnya musik rock akan dianggap hanya sebagai passing fad di Indonesia. Tapi tentu saja ini hanya sebuah contoh karena kita tahu bahwa musik rock telah masuk, melewati proses ”seleksi dan ujicoba”, dan lulus dengan angka yang sangat memuaskan. Hampir sudah tak terhitungkan berapa jumlah pemusik rock di Indonesia. Banyak diantara mereka yang bisa make a pretty darn good life out of it too!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar